Saturday 24 December 2011

Pulang sekolah, berbagai rute penuh rintangan mencapai rumah

Ini alkisah sewaktu gue SD, mungkin dari lahir gue udah menganut paham life is an adventure. *tiba-tiba gue minum nutrilon*

Dari SD gue udah merasakan betapa sulitnya mencapai rumah setelah pulang sekolah, pulangnya aja perginya ngga *Ngga! gue ngga sekolah di daerah pedalaman, sumpah* Gue dihadapkan pada beberapa rute dimana masing-masing rute tersebut memiliki resiko! *jreeeeng*

Untungnya gue punya teman-teman seperjuangan yang setia pulang bareng sama gue, namun malangnya juga kalau teman gue sakit gue harus menghadapi rintangan itu sendiri. Ya begitulah hidup itu teman, ada suka duka, ada kaya ada miskin,  ada untung ada malang *ada rugi bego!*

Berikut gue akan memaparkan beberapa rute pilihan pulang sekolah:

1. Rute I : Rute Kuburan
Gue sebut rute kuburan karena rintangan pada rute ini adalah kuburan. Biasanya gue lewat rute ini kalau gue pulang sekolah bareng Ade, Eko, dan Dewi *dimana kalian sekarang teman? gue yakin Dewi udah nikah, entah kenapa haha*.

Pertama kali lewat rute ini gue deg-degan mampus, gue ngga ingat bagaimana cara mereka bertiga bisa membujuk, mengelabui, atau membodohi gue sehingga gue mau melewati kuburan-kuburan itu, padahal gue takut mampus sama yang namanya setan.

Dimulai dengan jalan yang tidak terlalu kecil dan sedikit menanjak, dan dipuncak tanjakan lo akan disambut dengan banyak banget kuburan di kiri kanan lo, kuburan itu umumnya sudah dalam keadaan tak terawat lagi, bahkan kabarnya, jalan yang kami lewati ini bisa jadi dulunya kuburan * ya paling ngga itu yang dikatakan oleh mereka bertiga, dan gue tau persis mereka sangat sulit dipercaya*

Pohon-pohon tinggi dan bambu-bambu besar yang tumbuh liar dipinggiran kuburan menambah horor suasana kuburan.

Gue : Eh Ade, pelajaran matematika tadi ngerti ngga? *berusaha melangkah senormal mungkin, dan sekalem mungkin*
Ade : Oh yang judulnya negara-negara ASEAN ya? *emang percakapan di tempat horor sering ngga nyambung*
Dewi : Eh suara apaan tuh?
Gue : Ah mana? *jantung berdebar kencang*
Eko : WAAAAAA!!!!!
Gue, Ade, Eko, Dewi : AAAAAAAAA!!!!! *lari sepanjang kuburan*

Dan hal ini selalu kami lakukan, setiap kami lewat rute ini, lari disepanjang kuburan sambil berteriak, dan tertawa terpingkal-pingkal ketika telah sampai di pinggir jalan besar, percayalah kami sangat bahagia. Entah kenapa.

2. Rute II : Rute Ruri
Ruri adalah nama seorang wanita remaja yang mengalami keterbelakangan mental. Badannya tinggi besar *ini subjektif apa ya, masalahnya waktu itu gue masih mini banget*, rambutnya dipotong sampai di bawah telinga, suka teriak-teriak dan berbicara tidak jelas, dan suka MEGANGIN TANGAN ORANG DAN NGGA MAU NGELEPASIN AAAAAAAA.

Sebenarnya rute ini termasuk rute pulang yang paling aman, karena gue ngga lewat jalan-jalan kecil untuk sampai ke rumah, biasanya gue pulang bareng Tessa kalau pulang lewat rute ini *gue juga yakin Tessa udah nikah wahaha*, namun malangnya kadang Ruri sedang berdiri di depan rumahnya ketika kami pulang sekolah, kadang kami selamat dengan menyebrang jalan dan berjalan di sisi bersebrangan dari rumah Ruri, namun kadang kami kurang sigap, dan kami tepatnya gue berakhir di genggaman Ruri.

Gue : Tessa, ada si Ruri
Tessa : Pura-pura ngga liat aja, jangan liat, kalau diliat malah dikejar *lo kate anjing Tes*
Gue : Oke *Berusaha tetap tenang*
Ruri : Abababababa *Ruri ngomong sama kami dengan bahasa yang tidak dimengerti*
Gue dan Tessa : Ehehehehe *nyebrang jalan*
Ruri : Ababababa *lari ngejar kami ke seberang jalan*
Gue dan Tessa : AAAAAAAAA *pontang panting sampai Ruri menyerah untuk mengejar*

3. Rute III : Rute anjing vs angsa
Sumpah, ini dua binatang yang paling memberikan memori buruk dalam permasa kecilan gue. Dari kecil gue udah takut sama anjing, menurut nyokap diawali dari adanya anak anjing yang bermaksud berlari-lari bareng gue, dan gue malah mengasumsikan bahwa anak anjing itu akan menggigit gue dan melumat gue sampai habis. Dari kecil aja gue udah suka salah paham haha.

Biasanya rute ini sering gue lewati kalau gue pulang bareng Tessa atau pulang sendirian dan ingin melewati jalur tercepat, ini jalan tikus, namun bukan tikus yang gue temui, namun anjing atau angsa, atau keduanya.

Gue : Kiri apa kanan ya?
Gue lagi : Kiri ada angsa Tar, kanan ada anjing
Gue : Gue lebih siap ngadepin yang mana ya?
Gue lagi : Kalu angsa kemungkinan terburuk lo ngga punye udel lagi Tar, kalau anjing paling lo rabies
Gue : Oke, gue lebih milih ngga punya udel deh
Gue lagi : Yakin lo Tar
Gue : Diam lo *plak!*

Gue : Yes, mampus lo, dikurung lo kan sama majikan lo saaa
Angsa : Oaaaarrrk oaaaaarrrrk *artinya : lo liat besok ya Tar, tunggu aja, hari ini gue ikut les terbang, besok gue kejer lo sampai rumah*
Gue : Besok gue ngga lewat sini lagi bweeek *dan gue berjalan dengan bahagia*

Tiba-tiba

Anjing : Hai Tar *kedip*
Gue : T____T mamaaaaaa, save my life, 911 helps me, SOS, Taylor lautneeeer *loh*
Anjing : Ayo mau kemana lo Tar?
Gue : Jalan dengan langkah normal, mulai cepat, cepaaaat, dan cepaaaaat
Anjing : GUK GUUUUK *artinya : jangan lari lo tar, sini gue gigit duluuuu
Gue : AAAAAAAAAAAAK *berakhir dengan lompat pagar dan masuk ke rumah orang, entah siapa, bodoh amat, dari pada rabies

THE END

2 comments:

  1. Tulisannya asiik.... gue follow ya....!
    kalo berkenan, boleh nih minta foll.back hehehehe
    http://www.hawadisberbagi.blogspot.com

    ReplyDelete